
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjdil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia Maha Melihat, Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Isra: 1).
Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi mengatakan bahwa Isra adalah perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di al-Quds. Mi’raj ialah kenaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia, dan jin. Semua ditempuh dalam waktu satu malam.
Dalam perjalanan ini Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam menunggangi buraq, yaitu sejenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan melangkah sejauh mata memandang.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memasuki Masjidil Aqsa lalu salat dua raka’at. Kemudian, Jibril datang kepadanya dengan membawa satu gelas khamr dan satu gelas susu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam memilih susu, Jibril memberi komentar, “Engkau telah memilih fitrah.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam naik ke langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke Sidratul Muntaha. Di sinilah Allah Swt mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan, di antaranya kewajiban salat lima waktu atas kamu muslim, di mana awalnya kewajiban tersebut sebanyak lima puluh kali sehari semalam.
Keesoka harinya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah. Akan tetapi berita ini didustakan dan ditertawakan oleh kaum musyrik. Sebagian mereka menantang Rasulullah untuk menggambarkan Baitul Maqdis jika benar ia telah pergi dan salat di dalamnya.
Rasulullah tidak menghafal bentuk Baitul Maqdis. Kemudian bantuan dari Allah Swt datang dengan memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga beliau mudah menjelaskan dengan rinci.
Selain itu, pagi hari dari malam Isra Mi’raj tersebut, Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk mengajarkan cara salat dan menjelaskan waktu-waktunya.
Beberapa ibrah dari peristiwa Isra Mi’raj
Kedudukan Mukjizat Isra Mi’raj di antara peristiwa yang telah dialami Rasulullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengalami berbagai penyiksaan dan gangguan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Penderitaan terakhir sebelum terjadi peristiwa Isra Mi’raj ialah penyiksaan yang terjadi di Thaif. Dalam peristiwa tersebut muncul perasaan tidak berdaya dan betapa perlunya pembelaan. Rasulullah bermunajat yang berisi keinginan untuk mendapatkan penjagaan dan pertolongan Allah Swt. Diantara untaian doanya terucap kalimat:
“Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tidak aku hiraukan”.
Setelah itu datanglah “undangan” Isra Mi’raj sebagai penghormatan dari Allah Swt dan penyegaran semangat dan ketakwaannya.
Perjalanan ke Baitul Maqdis
Perjalanan Isra ke Baitul Maqdis dan Mi’raj ke langit ke tujuh dalam rentang waktu yang bersamaan menunjukkan betapa tinggi dan mulia Baitul Maqdis di sisi Allah Swt. Peristiwa ini juga mengisayaratkan bahwa kaum Muslim di mana dan kapanpun berada harus menjaga dan melindungi Baitul Maqdis.
Minum Susu
Rasulullah memilih susu ketika Jibril membawa minuman berupa susu dan khamr. Hal ini merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang aqidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntutan fitrah manusia. Di dalam Islam tidak ada susuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia.
Isra Mi’raj dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi saw
Jumhur ulama telah sepakat bahwa isra mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Hajar di dalam syarahnya terhadap Bukhari berkata “Sesungguhnya, Isra dan Mi’raj terjadi pada suatu malam dalam keadaan sadar, dengan jasad dan ruhnya. Pendapat inilah yang diikuti oleh jumhur ulama, ahli hadits, ahli fiqih, dan ahli ilmu kalam”.
Tahun 2025 peristiwa Isra Mi’raj jatuh pada tanggal 27 Januari. Semoga dengan mengingat kembali betapa istimewanya peristiwa Isra Mi’raj semakin meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah khususnya salat yang merupakan ibadah yang langsung diperintahkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw untuk seluruh umat muslim.
Berikut ini merupakan beberapa kartu ucapan Isra Mi’raj yang dapat dikirim ke teman, kerabat, dan lain-lainnya dalam rangka menyemarakkan Isra Mi’raj 2025.





Referensi:
Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan. (1999). Sirah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah Saw. Jakarta: Rabbani Press