Benteng Vredeburg merupakan cikal bakal Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang didirikan tahun 1755 pada masa Penjajahan Belanda. Mulanya benteng ini adalah sebuah bangunan sederhana dengan bentuk bujur sangkar dan diberi nama Rustenburg yang memiliki arti “Benteng Peristirahatan”. Benteng ini mengalami kehancuran akibat gempa yang kemudian dibangun kembali dengan nama Vredeburg yang memiliki arti “Benteng Perdamaian”. Pergantian nama tersebut merupakan simbol hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan Belanda yang tidak akan saling serang.

Keberadaan Benteng Vredeburg berada pada empat zaman, yaitu: zaman Penjajahan Belanda, zaman Penjajahan Inggris, zaman Penjajahan Jepang, dan zaman Kemerdekaan. Oleh sebab itu, penggunaan Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai museum memiliki fungsi sebagai sarana untuk memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang.

Baca Juga: Bincang Kece Tentang Sejarah

Daftar Isi:

  1. Museum Benteng Vredeburg
  2. Diorama 1
  3. Diorama 2
  4. Diorama 3
  5. Diorama 4

Museum Benteng Vredeburg

Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Rasanya senang sekali, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg. Benteng ini terletak pada kawasan titik nol Yogyakarta, berdekatan dengan Malioboro yang merupakan salah satu iconic dari Kota Yogyakarta. Sebelum memasuki area museum, saya membeli tiket terlebih dahulu dengan harga Rp 20.000. Museum ini tidak menerima uang cash sebagai metode pembayaran dan hal ini tentunya memudahkan pengunjung untuk melakukan transaksi.

Monumen 1 Maret 1949 di Museum Vredeburg Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)
Patung Jenderal Soedirman dan Oerip Soemohardjo di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Lantas saya memasuki area pekarangan yang tampak bersih. Terdapat rumput dan bunga-bunga yang dirawat dengan baik sehingga membuat pemandangan menjadi indah. Pepohonan rindang menjadikan area pekarangan menjadi teduh. Pada salah satu sudut pekarangan terdapat monumen serangan umum1 Maret 1949. Monumen tersebut merupakan sarana untuk memperingati perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat sebagai respon terhadap agresi militer Belanda yang ke-2. Yang juga turut menarik perhatian adalah terdapat Patung Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo yang berdiri dengan gagah secara berdekatan.

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan museum khusus sejarah perjuangan Bangsa Indonesia di Yogyakarta dan sekitarnya yang memiliki dampak nasional. Koleksi yang terdapat dalam museum ini terdiri dari berbagai jenis koleksi asli dan koleksi replika. Selain itu, terdapat fasilitas-fasilitas menarik yang sudah disediakan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta untuk menjamu para pengunjung. Akan tetapi, karena keterbatasan waktu, kali ini saya hanya membahas Ruang Diorama 1-4 yang merupakan ruang pameran tetap.

Diorama 1

Koleksi di Ruang Diorama 1, Museum Benteng Vredeburg (Sumber: Dokumen Pribadi)

Ruang ini menyajikan histori perjuangan Bangsa Indonesia sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Semangat intelektual muda dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme bangsa asing yang terbentang pada masa Perang Diponegoro (1825-1830) hingga masa Pendudukan Jepang (1942-1945) juga tergambar di dalam ruangan ini.

The Magic Wall Of Pangeran Diponegoro, Museum Benteng Vredeburg (Sumber: Dokumen Pribadi)

Di salah satu sisi ruangan terdapat area yang diberi nama “The Magic Wall Of Pangeran Diponegoro”. Pada dinding ini terdapat gambar Pangeran Diponegoro, seekor kuda, dan beberapa perlengkapan perang. Jika gambar-gambar tersebut disentuh maka gambar tersebut akan bergerak dan bersinar juga mengeluarkan suara. Tentunya saya ikut manjajal The Magic Wall tersebut seraya berkata dalam hati “Keren juga ya, bisa seperti ini”. Dan berkat teknologi ini, kita jadi lebih mengenal sosok Pangeran Diponegoro.

Diorama 2

Koleksi di Ruang Diorama 2, Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Ruangan ini menceritakan berbagai peristiwa sejarah perjuangan Bangsa Indonesia di Yogyakarta pada masa awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 hingga agresi militer Belanda ke-1 tahun 1947.

Uang Kertas dan Uang Logam di Museum Benteng Vredeburg (Sumber: Koleksi Pribasi)

Berbagai jenis koleksi uang asing dalam bentuk kertas dan koin, seperti: uang koin dengan cap VOC, Mata Uang Belanda, dan Mata Uang Jepang menjadi bagian dari koleksi yang dipamerkan di dalam ruangan ini. Uang asing tersebut pernah beredar dan dijadikan alat tukar yang sah di Indonesia.

Ada juga berbagai jenis pecahan uang Orang Republik Indonesia (ORI) yang merupakan salah satu wujud nyata bahwa Bangsa Indonesia sudah berdaulat. Koleksi uang ORI juga dilengkapi dengan koleksi klise yang merupakan alat untuk mencetak uang ORI.

Museum Banteng Vredeburg
Baju Toga Prof. Dr. Sardjito (Sumber: Koleksi Pribadi)

Baju Toga Prof. Dr. Sardjito juga turut menjadi salah satu koleksi yang dipamerkan di dalam ruangan ini. Baju ini diletakkan bersebelahan dengan sebuah mikroskop di dalam sebuah lemari kaca.

Diorama 3

Baca Juga: Eksplorasi Seru Di Museum Bahari Jakarta

Ruang Diorama 3, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Ruangan ini menceritakan peristiwa bersejarah yang terjadi di Yogyakarta sejak tahun 1948 sampai akhir tahun 1949.

Museum Banteng Vredeburg
TNI Divisi Siliwangi Tiba di Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Terdapat diorama yang menggambarkan bahwa pasukan TNI Divisi Siliwangi hijrah ke Yogyakarta. Mereka disambut dengan hangat oleh warga Yogyakarta dan khususnya oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman disertai para pemimpin negara yang lain. Adapun hijrah pasukan TNI tersebut berdasarkan kesepakatan Perjanjian Renville. Dampak dari perjanjian tersebut merugikan Bangsa Indonesia yang harus kehilangan sebagian besar wilayahnya yang meliputi: Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, dan sebagian Sumatera karena pendudukan oleh Belanda.

Di sisi lain, terdapat diorama yang menggambarkan bahwa Pemerintah Mesir memberikan bantuan obat-obatan kepada Bangsa Indonesia. Bantuan tersebut tiba setelah sebelumnya Abdul Mounem berkunjung ke Indonesia sebagai utusan resmi Pemerintah Mesir. Pada akhir Juni 1947 Mesir mengakui Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan hal itu menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Diorama 4

Ruang Diorama 4, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (Sumber: Dokumen Pribadi)

Ruangan ini menceritakan peristiwa di Yogyakarta setelah pengakuan Belanda terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa tersebut dimulai ketika pemilu pertama pada tahun 1951 sampai peristiwa G30 S/PKI tahun 1965.

Selain itu, amanat Presiden Soeharto tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang berlokasi di UGM pada tahun 1974 juga digambarkan di dalam ruangan ini. Amanat tersebut muncul didasarkan karena adanya gejolak di Indonesia. Gejolak yang terjadi disebabkan oleh adanya krisis ideologi. Dalam kesempatan ini, Presiden Soeharto mengajak UGM untuk senantiasa mengadakan penelitian ilmiah mengenai pancasila dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Referensi:

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (2007). Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Yogyakarta: Departeman Kebudayaan dan Pariwisata.

Kementerian Pandidikan dan Kebudayaan. (2019). Profil Museum Benteng Vredburg Yogyakarta. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Written by

Setya Thamarina

Menulis adalah salah satu caraku belajar untuk menjadi pribadi yang lebih teroganisir.