
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia merupakan kawasan yang terdiri dari kepulauan besar dan kepulauan kecil. Laut menjadi pemisah antar kepulauan-kepulauan tersebut. Indonesia memiliki luas laut sekitar 77% dari luas total wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki karakteristik sebagai Bangsa Bahari.
Moda transportasi laut seperti kapal dan perahu memiliki peran yang sangat penting sebagai penghubung antar kepulauan. Menilik informasi dari Museum Bahari Jakarta, Indonesia memiliki perahu dan kapal dengan bentuk yang indah dan juga unik. Museum Bahari Jakarta menyimpan banyak koleksi perahu dan kapal yang tidak hanya berasal dari Indonesia tapi juga dari mancanegara. Dibawah ini merupakan beberapa jenis perahu dan kapal yang menjadi koleksi Museum Bahari Jakarta.
Miniatur Kapal Batavia

Kapal ini tenggelam pada tahun 1629. Pada tahun 1963, kapal ini ditemukan oleh Cornelis De Houtman di Kawasan Wallabi di Kepulauan Abrolhos, yaitu sekitar 35 KM dari Australia Barat. Penyebab tenggelamnya kapal adalah pemberontakan yang dilakukan oleh awak kapalnya sendiri. Dalam peristiwa tersebut, ratusan jiwa melayang menjadi korban pembunuhan termasuk awak dan penumpang. Hanya sedikit dari mereka yang selamat. Hal tersebut diketahui berdasarkan catatan perjalanan dari Francisco Pelsaert.
Miniatur KRI Dewaruci

Kapal Dewaruci atau yang lebih dikenal dengan nama KRI Dewaruci merupakan kapal legendaris Indonesia yang menjadi kebanggan TNI Al. Kapal tersebut masih cukup kuat digunakan untuk mengarungi samudra. Ketangguhan kapal ini sudah diakui oleh dunia dan telah mendapat banyak penghargaan.
Pembuatan KRI Dewaruci terjadi pada tahun 1932. Akan tetapi, pembuatan tersebut sempat terhenti disebabkan karena adanya Perang Dunia II. Dalam peristiwa tersebut galangan kapal mengalami kerusakan parah. Pada tahun 1952 KRI Dewaruci selesai dibuat dan diresmikan tahun 1953.
KRI Dewaruci digunakan sebagai alat latihan bagi taruna Akademi Angkatan Laut dengan lokasi pangkalan di Surabaya. Selain itu, KRI Dewaruci juga digunakan untuk pelayaran ke berbagai negara.
Miniatur Jung Jawa “Borobudur Majapahit”

Jung Jawa “Borobudur” ini adalah ilustrasi penggambaran dari relief yang terdapat di Candi Borobudur. Pada masa lalu, Jung digunakan oleh orang Kepulauan Nusantara untuk mengarungi lautan.
Berdasarkan informasi yang ditulis oleh Lombard, diketahui bahwa Jung berasal dari Asia Tenggara. Lombard menyebut mereka dengan sebutan kapal-kapal raksasa. Hal senada juga dicatat oleh banyak Penjelajah Eropa lain yang berlayar di Pulau Kun-Kun atau Laut Selatan.
Kelebihan yang paling utama dari kapal raksasa ini adalah kemampuannya untuk menampung penumpang dengan kapasitas yang sangat besar termasuk membawa komoditas yang bernilai sangat tinggi, seperti: beras.
Perahu Cadik Papua

Perahu ini berasal dari Demta, Jayapura, Irian Jaya. Pembuatan perahu ini menggunakan satu batang Pohon Seiba dengan ukuran besar, kemudian batang tersebut dikeruk sehingga menjadi perahu. Perahu ini memiliki hiasan berupa aneka motif binatang, seperti: Biota Laut, Burung Camar, Anjing, dan Kodok. Motif tersebut merupakan gambaran dari suku-suku yang terdapat pada wilayah setempat. Meskipun demikian, perahu ini milik Suku Demta yang berada di Pesisir, Jayapura.
Perahu ini digunakan untuk alat transportasi antar desa. Adapun daya tampung maksimal perahu ini adalah sebanyak 30 orang.
Miniatur Janggolan Madura II

Janggolan memiliki pengertian transportasi. Janggolan disebut juga dengan nama Parao Janggolan yang memiliki bopengan sebagai ciri khasnya. Janggolan memiliki motif-motif yang feminin sehingga dikategorikan sebagai kapal perempuan. Janggolan digunakan sebagai alat transportasi barang dagangan dari Jakarta hingga mancanegara.
Miniatur Kapal Swedia “Gotheborg”

Kapal Gotheborg dibangun di Gothenburg pada tahun 1738 untuk Swedish East India Company. Kapal ini dibangun dengan tujuan utama berdagang dengan Cina. Tahun 1743 kapal tersebut berangkat ke Kanton, Cina dan tiba pada musim panas tahun 1744. Pada tahun 1745, kapal tersebut pulang kembali menuju Swedia. Dalam perjalanan tersebut, kapal menabrak batu dan tenggelam tidak jauh dari pelabuhan asalnya.
Perahu Sandeq

Perahu Sandeq atau Sande merupakan perahu yang berasal dari Mandar, Sulawesi Barat. Perahu ini berfungsi sebagar alat transportasi penduduk antar pulau, mengirim rempah yang berasar dari Maluku menuju ke Sulawesi, dan juga sebagai alat untuk mencari ikan di perairan sekitar Sulawesi.
Ukuran Perahu Sandeq bermacam-macam, meskipun demikian Perahu Sandeq memiliki desain yang ramping sehingga menjadikan Perahu Sandeq dapat melaju lebih cepat bila dibandingkan dengan perahu lain pada kelas yang sama.
Berdasarkan fungsi dan kapasitasnya, terdapat tiga jenis Perahu Sandeq (Liebner, 2002), yaitu:
- Pangoli/Mangoli, yaitu Perahu Sandeq yang digunakan untuk menangkap ikan di daerah perairan yang dangkal,
- Paroppo, yaitu Perahu Sandeq yang digunakan untuk berlayar ke wilayah laut dalam,
- Potanga, yaitu Perahu Sandeq yang digunakan untuk menangkap jenis ikan terbang di daerah perairan yang memiliki ombak besar.