Review Buku: Syam'un, Asal Usul Lailatul Qadr

Judul Buku: Syam’un, Asal Muasal Lailatul Qadr

Penulis: Rully Ferdiansyah

Genre: Sejarah

Penerbit: Republika

Tahun Terbit: 2016

Jumlah Halaman: xvii + 252

Ukuran Buku: 13,5 X 20,5 CM

ISBN: 978-602-0822-17-4

Nabi Muhammad saw bersabda, “ada 124.000 nabi yang menjadi rasul dari mereka 313, jumlah yang sangat besar”. Dengan demikian, nabi memiliki jumlah yang sangat banyak dan tidak semua diceritakan dalam Al-Quran. Hal tersebut dikatakan di dalam Al-Qur’an yang berbunyi, “Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu…” (Q.S An-Nisa: 164).

Buku ini menceritakan tentang seorang nabi yang didasarkan pada hadis Nabi Muhammada saw yang berbunyi: ” Diperlihatkan kepadaku umat-umat, lalu aku melihat seorang nabi bersama ar-rath (sekelompok orang yang terdiri dari 3-10 orang saja), dan seorang nabi bersamanya seorang dan dua orang, dan seorang nabi tidak ada bersamanya seorangpun…”

Samson Betawi yang pada hakikatnya merupakan seorang nabi yang bernama Syam’un Al-Ghozali. Ia memiliki keistimewaan dalam perjuangannya menegakkan agama tauhid selama 1000 bulan tanpa berbuat dosa sehingga namanya dimuliakan dengan turunnya surat Al-Qadr.

Meskipun ada yang berpendapat bahwa Syam’un Al-Ghozali adalah orang yang sholeh, tapi buku ini berpendapat bahwa Syam’un Al-Ghozali adalah seorang nabi. Hal itu didasarkan pada pendapat Ibnu Katsir yang tanpa ragu menempatkan Syam’un sebagai seorang nabi. Konon, Nabi Syam’un ini merupakan nabi yang tidak memiliki pengikut, nabi yang dimaksud dalam hadis Nabi Muhammad saw di atas.

Nabi Syam’un Al-Ghozali dikaruniai oleh Allah Swt kekuatan fisik yang luar biasa hebat yang tak terkalahkan oleh makhluk bumi. Dengan kekuatan fisiknya disertai sebuah tulang rahang unta, dalam sekejap Nabi Syam’un berhasil mengalahkan 1000 orang prajurit yang dibekali dengan peralatan perang yang memadai. Selain itu, Nabi Syam’un juga dikaruniai kemampuan untuk melunakkan besi sehingga tidak ada besi yang mampu mengikatnya. Tidak cukup sampai di situ, Nabi Syam’un juga dikaruniai kemampuan untuk mengeluarkan air segar dari celah-celah gusinya serta makanan dari mulutnya.

Sinopsis

Pada masa kerajaan Israel Kuno, hiduplah seorang raja yang menamakan dirinya Israil. Ia menyatakan bahwa agama tauhid yang pernah diajarkan Nabi Musa merupakan agama terlarang dan memaksa rakyat yang dipimpinnya untuk menyembah berhala. Bagi siapapun yang diketahui masih memegang teguh agama tauhid, maka kerajaan tidak segan-segan menjatuhi hukuman mati. Oleh sebab itu, orang-orang yang masih memegang teguh agama tauhid hidup secara sembunyi-sembunyi.

Di salah satu desa, hiduplah sepasang suami istri yang telah lama menginginkan keturunan. Siang malam doa senantiasa dipanjatkan kepada Allah Swt untuk memberi mereka keturunan. Hingga pada suatu masa, sang istri mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sontak, perasaan senang membanjiri diri mereka. Hari-hari mereka lalui dengan lebih fokus pada kesehatan sang istri dan janin yang di dalam kandungannya.

Proses persalinan berjalan dengan lancar. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Pada saat lahir, bayi tersebut menggenggam Kitab Taurat berukuran mini di tangan sebelah kanan. Peristiwa tersebut membuat keduanya terkejut dan membuat mereka yakin bahwa anak terebut memiliki masa depan yang gemilang.

Syam’un, demikian anak tersebut diberi nama. Ia besar di bawah asuhan pamannya yang merupakan seorang ahli kitab yang sholeh. Dalam asuhan pamannya, Syam’un dengan kekuatan fisiknya kerap kali melawan kedzaliman yang terjadi di sekitarnya. Kecerdasan, keberanian, kebaikan hati Syam’un mengantarkan ia pada jenjang pernikahan.

Istri Syam’un memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan Syam’un, Ia condong kepada nafsu duniawi. Meskipun demikian, Syam’un amat mencintai istrinya dan rela mengorbankan apapun untuk melunakkan hati istrinya sehingga ia menerima ajaran tauhid.

Review Buku: Syam'un

Pada suatu malam, Syam’un sedang berjalan seorang diri. Kemudian muncul cahaya yang lambat laun wujudnya berubah menjadi seperti sesosok manusia yang berselimutkan cahaya putih. Cahaya tersebut mengatakan dirinya adalah utusan Allah Swt dan menyampaikan titah Allah Swt agar Syam’un mulai menyebarkan agama tauhid dengan terang-terangan. Sejak saat itu, Syam’un mulai mengemban tugas sebagai Nabi.

Selama berdakwah, Syam’un kerap kali menunjukkan kekuatannya yang merupakan karunia dari Allah Swt. Syam’un pernah membawa pintu gerbang yang telah dirobohkannya. Pintu tersebut dipanggul dipundaknya dengan berjalan kaki dari Kota Zion menuju Gaza. Konon pintu gerbang tersebut terbuat dari baja dan hanya kekuatan 300 ekor Gajah Afrika yang dapat merobohkannya. Akan tetapi, hal tersebut tidak serta merta membuat Rakyat Israel beriman kepada Syam’un.

Banyak upaya yang dilakukan untuk membunuh Syam’un termasuk oleh istrinya sendiri. Ia sempat melaknat Bani Israel yang hal itu merupakan sebuah dosa. Untuk menebus dosanya, Syam’un beribadah selama 1000 tahun dan ikhlas tidak memiliki pengikut.

Di akhir hayatnya, Nabi Syam’un mengatakan bahwa Ia amat mengidolakan Nabi Muhammada saw dan berharap menjadi umatnya. Sebab dikatakan bahwa umat Nabi Muhammad saw akan memenuhi seisi bumi dengan keadilan dan kebenaran.

Kelebihan Buku Syam’un, Asal Usul Lailatul Qadr

Penulis menggunakan gaya bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami. Alur cerita yang terus mengalir membuat pembaca menjadi larut dalam kisah yang paparkan dalam buku ini.

Banyak dari tulisan dalam buku ini disertai oleh catatan kaki yang berisi sumber referensi penulisan sehingga memudahkan pembaca yang ingin menelusuri lebih jauh tentang Nabi Syam’un.

Bobot buku relatif ringan sehingga tidak menambah beban jika dibawa bepergian.

Kekurangan Buku Syam’un, Asal Usul Lailatul Qadr

Terlalu banyak menggunakan huruf ‘O’ sebagai kata seru atau panggilan. Seharusnya kata tersebut bisa diganti dengan wahai atau hai atau kata lain agar lebih berwarna dan tidak bosan.

Pesan Moral Buku Syam’un, Asal Usul Lailatul Qadr

  1. Meyakini keberadaan Allah Swt melalui mukjizat-mukjizat juga kitab yang diturunkan-Nya,
  2. Menunaikan janji yang sudah diucapkan agar tidak mendapat murka dari Allah Swt,
  3. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Akan tetapi, sebesar apapun dosa hamba terhadap Allah Swt, jika hamba tersebut menyesal dan bertobat kepada Allah Swt, maka Allah Swt akan mengampuni semua dosa-dosa hamba-Nya. Tidak hanya itu, Allah Swt juga memberi karunia apapun yang diinginkan oleh Hamba-Nya.
  4. Sejahat apapun seseorang atau suatu kaum, hanya Allah Swt yang berhak menghakimi atau mengutuk mereka.

Written by

Setya Thamarina

Menulis adalah salah satu caraku belajar untuk menjadi pribadi yang lebih teroganisir.