
Museum Taman Prasasti merupakan museum yang menyimpan berbagai jenis bentuk nisan sebagai koleksi utamanya. Koleksi nisan-nisan1 berasal dari abad ke-18 yang bisa dijadikan indikasi sebagai salah satu elemen arsitektur yang berhubungan dengan kebudayaan pada masa itu. Koleksi-koleksi Museum Taman Prasati dipamerkan di ruang terbuka. Hal-hal tersebut menjadikan Museum Taman Prasasti terlihat unik sehingga tampak berbeda dari museum-museum yang lain.
Permukaan nisan terukir 3 elemen utama, yaitu: lambang heraldik, inskripsi dan hiasan pada ujung nisan. Lambang heraldik merupakan status sosial dan hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkan lambang tersebut, seperti: orang yang ikut berperang. Inskripsi memuat berbagai jenis informasi, seperti: identitas jenazah (nama, jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal kematian), profesi, dan kedudukan atau jabatan. Selain itu, pada nisan juga terukir untaian kata-kata yang indah dalam wujud kata-kata mutiara atau puisi.
Bangunan utama Museum Taman Prasasti memiliki arsitektur klasik. Gaya arstitektur klasik merupakan gaya yang dipengaruhi oleh seni dan arsitektur Yunani Kuno pada masa Kekaisaran Romawi.
Museum Taman Prasasti terletak tepat di persimpangan jalan Tanah Abang. Adapun alamat lengkap Museum Prasati berada di Jl. Tanah Abang I No. 1, RT 11 RW 08, Petojo, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10160. Museum ini memiliki jadwal operasional hari Selasa-Minggu pada pukul 09.00 s.d. 15.00 WIB. Harga tiketnya beragam dan relatif terjangkau, yaitu dimulai Rp 5.000,-.
Baca Juga: Menelisik Histori Bahari Di Indonesia.
Sejarah Museum Taman Prasasti

Awal mulanya Museum Taman Prasasti merupakan kompleks pemakaman yang dikenal dengan nama Kebon Jahe Kober dengan luas sekitar 5,5 hektar. Kompleks pemakaman dibangun untuk mengatasi persoalan lahan makam yang semakin menipis. Kompleks ini ditujukan khusus bagi bangsawan Eropa yang beragama kristen di Batavia. Pembangunan kompleks pemakaman dilakukan pada tahun 1795 oleh W.V Helvetius van Riemsdjik.
Pada satu waktu muncul wabah penyakit malaria. Wabah penyakit semakin meluas yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat kompleks pemakaman dibuka untuk umum.
Daerah Tanah Abang berdampingan dengan Kali Krukut sehingga dinilai sebagai daerah yang strategis untuk dijadikan kompleks pemakaman. Pada masa itu, Kali Krukut merupakan sarana transportasi utama bagi masyarakat Batavia. Kali Krukut juga dimanfaatkan sebagai sarana pengangkutan jenazah yang lebih efisien bila dibandingkan dengan transportasi darat.
Melansir dari laman mitramuseumjakarta.id, pemakaman Kebon Jahe Kober bertahan hingga tahun 1974. Pada tahun 1975 dimulai revitalisasi Museum Taman Prasasti. Kompleks pemakaman mengalami penyusutan disebabkan adanya kebutuhan ruang untuk pembangunan kota. Sebagian Jenazah dipindahkan ke Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir dan TPU Menteng Pulo, adapun sebagian lagi diserahkan kepada keluarga.
Baca Juga: Jelajah Seru Ke Museum Benteng Vredeburg.
Koleksi Museum Taman Prasasti
Pada tanggal 9 Juli 1977 komples pemakaman Kebon Jahe Kober resmi berubah menjadi salah satu cagar budaya, yaitu Taman Museum Prasasti. Peresmian dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu: Letjen (Purn) Ali Sadikin. Saat ini Museum Taman Prasasti memiliki luas sekitar 1,3 hektar.

Nisan-nisan yang terdapat di Museum Taman Prasasti merupakan nisan terpilih yang mendukung nilai sejarah dan artistik. Kompleks pemakaman ini sudah ditata ulang dan ditanami pepohonan yang rindang sehingga akan terasa teduh. Kondisi tersebut sesuai dengan tujuan awal pembangunan kompleks pemakaman Kebon Jahe Kober, yaitu dengan konsep garden cemetery2. Konsep tersebut menjadikan Museum Taman Prasasti jauh dari kesan horor.
Kereta Jenazah

Terdapat beberapa kereta antik yang menjadi bagian koleksi Museum Taman Prasasti. Kereta-kereta tersebut merupakan sarana transportasi pengangkut jenazah pada masa kolonial Belanda.
Posisi Nisan



Setidaknya, terdapat tiga jenis letak nisan di Museum Taman Prasasti, yaitu:
- Posisi vertikal. Nisan jenis ini memiliki empat permukaan.
- Posisi horizontal, dan
- Menempel di dinding.
Semua letak nisan tersebut berbentuk persegi pajang dengan letak yang sudah diatur sedemian rupa sehingga tampak rapi.
Patung

Terdapat beberapa patung yang menjadi bagian dari koleksi Museum Taman Prasasti. Koleksi patung-patung memiliki bentuk yang beraneka ragam, seperti: manusia dan buku. Patung tersebut dapat berfungsi sebagai refleksi bagi pemilik nisan atas jabatan atau jasanya semasa hidup.

Salah satu koleksi patung yang menarik perhatian adalah patung wanita menangis. Terdapat kisah pilu dibalik pembuatan patung tersebut. Konon, patung wanita menangis merupakan refleksi dari seorang wanita yang bersedih hati karena suaminya meninggal dunia.
Peti Jenazah

Pada bagian tengah dari sisi kiri ketika tiba di Museum Taman Prasasti terdapat 2 peti jenazah. Kedua peti tersebut diletakkan di sebuah bangunan di antara nisan-nisan.
Salah satu peti digunakan untuk mengusung jenazah mantan Presiden, yaitu Soekarno dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) ke Wisma Yaso. Peti yang lain digunakan untuk mengusung jenazah mantan Wakil Presiden, yaitu: Mohammad Hatta dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menuju TPU Tanah Kusir.
Unik banget, baru tau ada museum dengan tema begini. Agak horor sih keknya, tapi menarik buat dikunjungi apalagi kalo setiap patung-patung di museum itu punya ceritanya tersendiri. Tulisan kakak enak dibaca, semangat!
Kalau sudah dateng ga horor ko, vibesnya lebih seperti taman pada umumnya. Btw, makasih ya dah review tulisan aku… Semangat juga..