
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bangsa Indonesia memiliki karakteristik sebagai bangsa bahari. Lagu dengan judul “Nenek Moyangku” yang diciptakan oleh Ibu Soed pada tahun 1940 merupakan sebuah gambaran umum yang mengekspresikan bahwa Bangsa Indonesia memiliki karakteristik sebagai bangsa bahari. Senada dengan dengan lagu ciptaan Ibu Soed, studi literatur yang tersedia turut serta memperkuat hal tersebut. Hal itu juga dipertegas dengan keberadaan benda-benda peninggalan bahari yang tersimpan rapi di berbagai museum.
Museum Bahari Jakarta menyimpan benda-benda peninggalan bahari dari masa ke masa yang sekaligus sebagai bukti nyata bahwa Bangsa Indonesia memiliki karakteristik sebagai bangsa bahari. Benda-benda koleksi tersebut memiliki bentuk yang beraneka ragam, seperti: miniatur perahu tradisional dan perahu tradisional dengan ukuran asli yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, alat-alat navigasi pelayaran, serta dokumentasi pelayaran. Oleh sebab itu, Museum Bahari Jakarta merupakan salah satu tempat yang tepat untuk mengeksplorasi karakteristik Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Bahari.
Museum Bahari Jakarta beralamat di Jl. Ps Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Museum Bahari buka setiap hari Selasa sampai dengan Minggu pada pukul 08.00-15.00 WIB. Harga tiket masuk Museum Bahari bervariasi tapi relatif terjangkau, yaitu mulai dari Rp 5000.
Museum Bahari Jakarta memiliki lokasi yang relatif mudah dijangkau dan dapat ditempuh dengan berbagai macam akses. Tetapi jika meeting point adalah Kota Tua Jakarta maka alternatif yang bisa digunakan adalah dengan: menyewa sepeda yang tersedia di sekitaran Kota Tua Jakarta, menggunakan kendaraan umum seperti: busway dan angkot atau berjalan kaki. Saya lebih memilih berjalan kaki, sebab bisa menikmati keindahan bangunan peninggalan sejarah yang lain, seperti: Jembatan Kota Intan. Adapun waktu tempuh dengan berjalan kaki adalah sekitar 20 hingga 30 menit.
Baca juga: Menelisik Histori Bahari di Indonesia
Daftar Isi
- Miniatur Perahu Tradisional
- Perahu Tradisional dengan Ukuran Asli
- Alat-alat Navigasi Pelayaran
- Sejarah Pelayaran di Indonesia
- Ruang Diorama
- Fasilitas-fasilitas Umum
Miniatur Perahu Tradisional
Keunikan berbagai jenis minatur perahu tradisional dapat dinikmati di Museum Bahari Jakarta. Selain memiliki bentuk yang unik, perahu-perahu tersebut juga memiliki nilai berdasarkan filosofi dari masing-masing wilayah.

Perahu Pinisi adalah perahu tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Perahu tersebut merupakan penanda kebesaran serta kebanggan budaya bahari orang-orang Bugis dan Makasar. Serangkaian proses pembuatan Perahu Pinisi menggambarkan nilai sosial serta budaya dalam kehidupan sehari-hari seperti: kerja sama, kerja keras, keindahan serta penghargaan terhadap lingkungan alam.

Perahu Lancang Kuning yang berasal dari Riau juga turut menjadi bagian koleksi miniatur perahu. Perahu tersebut digunakan sebagai perahu resmi kerajaan khususnya sebagai angkutan keluarga istana dan perahu niaga. Lancang Kuning merupakan perahu dengan ukuran yang cukup besar dan telah digunakan sejak abad ke-18. Berdasarkan legenda yang terdapat pada masyarakat Riau, Lancang Kuning merupakan lambang kebesaran dari kerajaan.
Perahu Tradisional dengan Ukuran Asli
Perahu tradisional dengan ukuran asli merupakan koleksi yang juga turut menarik perhatian. Selain memiliki ukuran yang besar, perahu-perahu tersebut juga memiliki desain yang unik. Perahu-perahu tersebut diletakan di tempat terpisah dari koleksi miniatur perahu tradisional.

Perahu Cadik Nusantara yang terdapat pada gambar di atas, memiliki panjang sekitar 815 CM dengan lebar sekitar 350 CM. Salah satu peristiwa yang paling fenomenal dari perahu ini adalah pelayaran 100 hari dari Jakarta menuju Brunei Darussalam pada tahun 1988.
Alat-alat Navigasi Pelayaran

Memasuki ruangan lain, tampak berbagai macam alat-alat navigasi pelayaran yang sudah ditata dengan rapi. Alat-alat navigasi perlayaran tersebut merupakan alat-alat navigasi pelayaran konvensional. Kompas, Teropong, dan Barometer merupakan beberapa koleksi alat-alat navigasi yang berada di Museum Bahari Jakarta. Selain itu ada juga Topoal Tunda suatu alat yang berfungsi sebagai pengukur kecepatan kapal.
Baca juga: Bincang Kece Tentang Sejarah.
Sejarah Pelayaran di Indonesia

Setelah puas memanjakan mata dengan beragam koleksi miniatur perahu tradisional, perahu tradisional dengan ukuran asli, dan alat-alat navigasi pelayaran, sejarah pelayaran di Indonesia juga bisa didapatkan di sini. Informasi tentang sejarah pelayaran di Indonesia disajikan dengan jelas dan juga terpampang rapi dalam bentuk banner. Sejarah tersebut memuat informasi tentang masa prasejarah yang merupakan cikal bakal nenek moyang bahari di Indonesia hingga informasi tentang perkembangan bentuk perahu tradisional dari masa lalu hingga masa kini.
Ruang Diorama
Salah satu hal yang paling seru adalah Ruang Diorama. Ketika berada di ruangan ini seolah-olah saya sedang berada di dimensi lain. Hal tersebut menciptakan kesan yang berbeda dibanding ruangan lain.
Ruangan ini menyajikan diorama para pelaut yang tidak hanya berasal dari Wilayah Indonesia, tapi juga berasal dari mancanegara. Berbagai macam informasi juga melengkapi diorama-diorama tersebut sehingga dapat menambah khazanah pengetahuan terkait dunia pelayaran.
Fasilitas-fasilitas Umum
Beberapa fasilitas yang dapat ditemukan di Museum Bahari Jakarta adalah sebagai berikut:
- ruang perpustakaan yang menyimpan berbagai macam jenis koleksi buku,
- mushola yang nyaman sebagai sarana spiritual,
- toilet yang bersih untuk membuang hajat dan keperluan lainnya, dan
- kantin yang menjual beragam jenis makanan dan minuman.