
Ini adalah pendakian pertama saya setelah beberapa lama saya tidak mendaki gunung. Mount is Calling, sepertinya itu adalah ungkapan yang tepat untuk pendakian kali ini. Saya sangat antusias dengan pendakian kali ini, sebab ini adalah pendakian tektok Gunung Gede melalui Jalur Putri lintas Cibodas. Di mana pendakian tektok adalah sebuah pendakian menuju puncak dan kembali lagi dalam waktu yang tidak lama tanpa camping. Dan setelah saya searching, secara umum pendakian ini memakan waktu sekitar 10-12 jam.
Ok, kemungkinan pendakian akan berlangsung maksimal selama sekitar 13 jam. Dan karena ini lewat Cibodas, berarti bisa mampir sebentar ke sumber mata air. Sekedar basah-basahin kaki, tangan, dan wajah. Ini akan menjadi pendakian yang amat seru.
Akan tetapi, rasa gugup sempat hinggap dalam diri saya. Tidak hanya itu, beberapa kali pertanyaan akan kemampuan saya untuk melakukan pendakian kali ini dengan baik juga sempat terlintas dalam kepala saya. Hal itu disebabkan karena sudah beberapa lama saya tidak mendaki gunung, telebih ini adalah pendakian tektok. Apalagi jika teringat Jalur Putri yang lebih banyak menanjak dari pada landai dan Jalur Cibodas yang sedemikan panjang. Akan tetapi, dengan cepat saya menepis perasaan itu. Dan untuk mengatasi hal tersebut, saya melakukan persiapan sedemikan rupa, seperti: olahraga diiringi doa agar untuk keberhasilan pendakian kali ini.
***
Meeting Poin
Malam hari, yaitu pada hari Jum’at, 25 Oktober 2024, kami (berjumlah 6 orang, 3 laki-laki dan 3 perempuan) bertemu di tempat dan jam yang sudah disepakati sebelumnya. Keberangkatan berjalan dengan lancar, bahkan kami sempat singgah di salah satu warung makan di pinggir jalan untuk sekadar ngobrol dan makan malam, setelah itu perjalanan kembali dilanjutkan.
Setibanya di kaki Gunung Gede, kami lantas disambut dengan baik oleh pemilik base camp. Tidak menunggu waktu yang lama, kami segera diantar menuju base camp tempat kami mempersiapkan diri untuk pendakian besok.
Base camp yang kami singgahi adalah sebuah rumah dengan nama Base Camp Dinasty 44. Ruangan yang disediakan untuk kami terbilang bersih dan luas. Di dalamnya sudah digelar karpet dan bantal yang jumlahnya sesuai dengan jumlah anggota tim kami. Selain itu, terdapat sebuah kamar mandi dengan air yang terus mengalir. Air tersebut bersumber langsung dari mata air gunung sehingga terasa dingin dan menyegarkan.
Setibanya di base camp, kami berdiskusi sejenak dengan pemilik base camp. Berdiskusi untuk pendakian besok, juga untuk menambah keakraban dengan pemilik base camp. Kemudian, kami beristirahat agar fisik siap untuk melakukan pendakian besok.
Sabtu, 26 Oktober 2024

Waktu terus merangkak maju, satu persatu dari kami mulai membuka mata. Di luar, langit tampak indah dengan cahaya matahari yang kemerahan. Kebun tampak segar dengan sayur-sayuran yang menghijau. Angin terasa lembut menyentuh kulit dan udara terasa begitu sejuk. Momen yang jarang didapat di kota-kota besar. Oleh sebab itu, kami menikmati momen tersebut dengan baik.
Kemudian, kami sarapan yang sudah disiapkan oleh pemilik base camp. Sarapan yang sudah disediakan berupa: nasi goreng yang rasanya lezat, kerupuk, dan telur dadar. Pihak base camp juga menyediakan nasi bungkus untuk bekal kami ketika mendaki gunung. Setelah itu, kami melakukan repacking barang-barang agar pendakian menjadi lebih efektif.
Setelah semua dirasa siap, sekitar pukul 06.00 WIB kami meninggalkan base camp menuju jalur pendakian. Ternyata, jalan sudah ramai dipenuhi oleh para pendaki. Mereka bergerak secara berkelompok lengkap dengan menggendong tas carrier yang ukurannya besar di punggung. Tidak hanya itu, tinggi tas carrier tersebut kerap kali melebihi atas kepala. Selain itu, sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat juga melintas sehingga jalan menjadi semakin ramai. Meskipun demikian, suasana masih tetap kondusif.
Pendakian Gunung
Kami mulai melakukan pendakian. Track pertama dalam pendakian kali ini adalah melewati kebun warga dan sudah mulai menanjak. Tidak hanya pejalan kaki yang melewati jalur ini, sering kali pengendara motor juga melewati jalur ini. Sebagian pengendara motor tersebut merupakan ojek yang mengantar pendaki sehingga pendaki menghemat waktu dan tenaga serta bisa lebih cepat sampai ke gunung. Karena jalur yang sempit, maka kami harus melipir sejenak ketika pengendara motor tersebut melintas.
Kamipun tiba di pintu pendakian yang sekaligus merupakan pemberhentian terakhir bagi ojek yang mengantar pendaki. Dengan berbagai pertimbangan, salah satu dari kami memilih untuk tidak melanjutkan pendakian. Ia turun menggunakan ojek yang sebelumnya digunakan untuk mengantar pendaki yang akan melakukan pendakian. Kebetulan, ojek yang ditumpangi mengetahui lokasi Base Camp Dinasty 44 sehingga ia langsung diantar ke base camp.

Perjalanan kembali dilanjutkan dengan jumlah anggota tim sebanyak 5 orang (3 laki-laki dan 2 perempuan). Mulai dari pintu pendakian, track semakin menanjak. Dengan padatnya jumlah pendaki, sering kali kami antre di track sehingga pendakian berjalan dengan tertib. Saya menikmati saja kondisi tersebut, sambil bernostalgia ketika masih aktif mendaki gunung.

Di Gunung Gede, terdapat sejumlah warung di pos pendakian maupun pos bayangan. Warung tersebut menjual aneka makanan dan minuman, seperti: aneka gorengan seharga Rp 2000/butir, Buah Semangka seharga Rp 5000/potong, Buah Pisang seharga Rp 5000/buah, Air mineral ukuran 600 ml seharga Rp 15000/botol serta aneka makanan dan minuman lainnya. Harga air mineral tersebut menjadi Rp 20000/botol ketika akan tiba di Surya Kencana, saat di Surya Kencana, dan ketika berada di Puncak Gunung.
Selangkah demi selangkah kami melewati track yang lebih sering menanjak dari pada landai. Sesekali kami berhenti, tidak hanya untuk mengantre tapi juga untuk beristirahat. Setiap pos yang kami lalui, kami selalu beristirahat. Istirahat, menjadi hal yang sering dilakukan dan dalam waktu yang cukup lama oleh salah satu dari kami. Setelah dicari tahu, teman yang sering beristirahat tersebut baru beberapa kali melakukan pendakian gunung, seperti: Gunung Papandayan dan satu lagi saya lupa, kalau tidak salah, gunung tersebut adalah salah satu gunung di Purwakarta. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ia mengatakan tidak olahraga untuk pendakian kali ini. Owh ok, cukup tahu. Dan ini, adalah situasi yang mengkhawatirkan untuk sebuah pendakian terlebih pendakian tektok.
Surya Kencana
Sekitar pukul 13.20 WIB, kami tiba di Surya Kencana. Rasa lega dan senang seketika menjalar di tubuh kami. Terlebih ketika tiba di Surya Kencana, Edelweiss yang sedang mekar menjadi salah satu pemandangan indah yang kami saksikan. Kemudian, kami melakukan santap siang dengan bekal yang sudah disiapkan oleh base camp, berupa: nasi putih, ayam goreng dengan bumbu, kentang goreng, dan sambal. Karena bekal tersebut disiapkan sejak pagi dan udara gunung relatif dingin, maka nasinya berubah menjadi agak beku. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi kenikmatan makan bersama di gunung.
Selesai Ishoma, kami bergerak kembali menuju puncak. Waktu itu, Surya Kencana terbilang cerah dan tampak indah dengan Edelweiss yang sedang bermekaran. Sesekali, Surya Kencana diselimuti kabut. Bagi diri saya pribadi, ada kalanya kabut tersebut memberi pemandangan indah tersendiri.
Pukul 15.00 WIB, kami memulai perjalanan dari perbatasan Surya Kencana menuju Puncak Gunung Gede. Senada dengan track sebelumnya, jalur menuju puncak adalah menanjak dan nyaris tidak ada jalur landai. Dan, di sini teman tersebut masih sering beristirahat dibanding jalan. Perjalanan yang diperkirakan memakan waktu 1 jam dengan situasi seperti ini memakan waktu lebih dari 2 jam.
Beberapa kali saya berpapasan dengan pandaki lain yang bergerak turun menuju Surya Kencana. Di antara mereka ada yang ingin kembali ke tenda, tetapi ada juga yang memang melewati Jalur Cibodas menuju Jalur Putri.
Sesekali, saya melontarkan pertanyaan kepada pendaki tersebut, “apakah puncak masih jauh?” kurang lebih, itulah pertanyaannya. Sekedar bertanya saja, menghilangkan kejenuhan dan untuk menambah keakraban, dll. “Sebentar lagi atau sekitar 15 menit lagi” secara umum, itu jawaban yang akan didapat. Akan tetapi, kenyataannya jauh dari kata sebentar atau 15 menit lagi. Btw, kami tetap semangat melangkah menuju puncak.
Lanjut ke part 2 ya…