
Artikel ini adalah artikel lanjutan tentang Tektok Gunung Gede. Part sebelumnya bisa baca di sini: Amazing! Tektok Gunung Gede Jalur Putri Lintas Cibodas, Part 1.
Puncak Gunung Gede
Sekitar pukul 17.00 WIB, kami tiba di Puncak Gunung. Sekumpulan awan dengan langit biru cerah menyambut kami. Angin mengalir dan dengan lembut menyentuh kulit kami. Di sisi kiri, tampak Puncak Gunung Pangrango yang terlihat jelas dengan rerimbunan pohon yang menghijau. Kami menikmati suasana ini dengan santai, juga sebagai reward atas usaha kami mencapai puncak.
Jalur Cibodas

Sekitar pukul 17.30 WIB, kami bergerak turun melalui Jalur Cibodas. Matahari secara berangsur mulai turun sehingga lama kelamaan yang tampak hanya seberkas cahaya berwarna merah agak orangye yang membentang di ufuk Barat. Saya senang menyaksikan fenomena ini, sebuah senja yang indah yang jarang saya jumpai. Lau langitpun berubah menjadi gelap.
Perjalanan kami lanjutkan kembali sambil sesekali istirahat. Tiba-tiba terdengar suara guntur yang menggelegar. Suara guntur identik sebagai pertanda akan turunnya hujan. Rasa panik mulai menyergap diri saya, khawatir kalau tiba-tiba hujan, di track yang tidak ada orang, peralatan seadanya dan saya terkena hipotermi. Pemandangan yang benar-benar menyeramkan jika hal itu terjadi. Lalu dengan komunikasi yang baik, kami memutuskan untuk mempercepat langkah hingga akhirnya kami tiba di Kandang Badak.
Kandang Badak
Kami berisitrahat sejenak di Kandang Badak. Saya sempat ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ketika di kamar mandi, saya melihat ke dalam bak mandi. Betapa kagetnya saya, karena ternyata di dalam bak mandi tersebut ada 2 binatang sepanjang jari telunjung orang dewasa. Kedua binatang tersebut berenang naik turun secara vertikal dengan mulut yang terbuka dan tertutup dengan cepat secara bergantian. Dengan perasaan panik, saya langsung keluar dari kamar mandi.
Di luar, sudah ada pendaki lain yang sedang mengantre untuk ke kamar mandi. Saya langsung cerita kepada pendaki tersebut bahwa ada binatang di dalam bak kamar mandi. Pendaki tersebut langsung mengecek ke dalam bak. Dia juga terkejut akan keberadaan binatang tersebut. Dan dia memperkirakan kalau binatang tersebut adalah pacet. Saya langsung bergidik ngeri, bagaimana kalau di dalam bak tersebut ada telurnya, kemudian telur tersebut masuk ke dalam tubuh ketika sedang cebok kemudian berkembang biak di dalam tubuh? Tanpa pikir panjang, saya langsung beralih ke kamar mandi sebelahnya, yang ternyata lebih aman dibanding kamar mandi sebelumnya.
Selama di Kandang Badak, kami beristirahat di salah satu warung. Mengetahui kondisi kami, pemilik warung menawarkan sebuah tenda (hanya tenda) untuk kami camping. Malam hari akan terasa sangat dingin sekali tanpa sleeping bag serta jaket dan hal itu bisa menimbulkan risiko besar terjadi hipotermi. Oleh sebab itu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Perjalanan Yang Panjang

Foto-foto di jalur Air Terjun Panas merupakan foto yang diambil beberapa tahun yang lalu ketika saya dan teman-teman melewati Jalur Cibodas. Pendakian tektok kemarin, kami melakukan perjalanan turun dari Puncak Gunung Gede di malam hari, sehingga tidak terpikir lagi untuk melakukan dokumentasi. Keinginan satu-satunya adalah tiba di base camp secepat mungkin dengan kondisi yang baik.
Sekitar pukul 20.00 WIB kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, track terasa sedemikan sunyi. Untuk mengatasi hal tersebut, kami berbincang-bincang dengan sesama. Apa saja, yang penting kami tidak “kosong”. Track yang paling mencekam adalah ketika harus melewati air terjun panas. Di siang hari melewati track tersebut harus hati-hati, karena memiliki risiko kepeleset yang akan menyebabkan seseorang terbentur batu serta dapat terperosok dan masuk ke aliran sungai. Jika di malam hari, maka resiko tersebut menjadi lebih besar.

Malam itu, track Air Terjun Panas terasa demikan panjang dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk melewatinya. Kaki saya terasa gemetar melewati track tersebut. Terlebih asap yang muncul menghalangi penglihatan saya untuk melihat batu mana yang saya pilih untuk dijadikan pijakan. Hal itu membuat saya diliputi rasa panik. Alhamdulillah, teman saya bersedia membantu untuk menunjukkan batu mana yang harus saya injak. Dan dengan sesekali berpegangan pada tali yang ada di salah satu sisi track, kami melewati jalur tersebut dengan baik.
Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali. Pos demi pos kami lewati, tapi track seolah tidak bertepi. Perjalanan terasa panjang dan lama sekali. Rasa lelah mulai menyergap kami. Ujung jemari kaki sudah terasa nyeri. Kaki terasa seperti mau lepas dari persendian. Dengan sisa tenaga yang ada, kami melanjutkan perjalanan.
Beberapa kali suara binatang terdengar menemani perjalanan kami. Selain itu, beberapa kali saya melihat binatang yang bentuknya seperti tikus got tapi dengan ukuran yang sedikit lebih besar. Binatang tersebut tidak mengganggu, hanya lewat saja. Meskipun demikan, tetap saja ada rasa takut, bagaimanapun juga kami sedang berada di hutan, yang pada hakikatnya bintangnya merupakan binatang liar yang bisa saja menyerang kami.
Saya juga melihat dua cahaya. Awalnya saya kira itu adalah kamera milik seorang peneliti yang sedang mempelajari gerak-gerik hewan. Tapi, ada yang aneh ketika cahaya tersebut bergerak. Dan setelah diperhatikan dengan seksama ternyata itu adalah sepasang mata milik binatang yang bentuknya seperti tikus got.
Perasaan takut akan diserang binatang buas sempat hinggap dalam pikiran saya. Dengan cepat saya menepis perasaan itu, dengan berpikir postif kalau jalur yang kami tempuh adalah jalur umum yang tidak akan dijumpai binatang buas. Terlebih, selama ini saya memang tidak pernah mendengar isu binatang buas di jalur pendakian Gunung Gede. Atau perasaan takut akan kejahatan makhluk halus juga sempat hinggap dalam pikiran saya. Untuk mengatasi itu, sepanjang perjalanan tidak henti saya berdzikir, berdoa, atau mengulang-ulang ayat Al-Quran yang saya hafal.
Minggu, 27 Oktober 2024
Setelah melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan serta berjuta rasa lainnya, kami sampai di base camp sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Alhamdulillah, kami semua tiba dengan selamat dan baik, tanpa ada peristiwa aneh yang menimpa kami.
***
Kesimpulan
- Mendaki gunung memang sesuatu hal yang menyenangkan, terlebih jika mendapat pemandangan yang indah. Tapi, yang perlu dicatat adalah mendaki gunung bukan seperti healing ke kebun binatang, jalan sebentar kemudian sampai di kandang hewan tertentu dilanjutkan dengan foto-foto dan selesai. Mendaki gunung tidak sesederhana itu. Di gunung tidak ada ojek dan mayoritas jalurnya adalah menanjak bahkan ada yang curam serta memiliki risiko untuk terjadi cidera. Oleh karena itu, persiapan fisik menjadi salah satu hal yang esensial. Jadi, untuk kamu yang mau mendaki gunung, persiapkan fisik semaksimal mungkin.
- Mengenal teman dalam satu tim pendakian sebelum mendaki gunung adalah hal yang penting. Dalam hal ini kita perlu mengetahui seberapa banyak pengalaman teman satu tim dalam mendaki gunung serta persiapan yang dilakukan untuk pendakian yang akan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan tim dalam melakukan pendakian.
Demikan cerita tektok saya kali ini, semoga bermanfaat. Saranghaeyo.