
Bagi sebagian orang, anemia merupakan nama yang sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Tidak demikian bagi sebagian yang lain, di mana anemia masih menjadi hal yang asing untuk didengar.
Ketika saya masih duduk di bangku sekolah, saya pernah didiagnosis anemia dengan Hb 10,5. Waktu itu komentar dari dokter yang menangani saya adalah”Ya ampun kamu, Hb 10,5. Ga lagi menstruasi, ga lagi hamil” kurang lebih begitu komentarnya. Saya diam saja dan bengong, sambil berpikir “Emang kenapa ya? Kayaknya ga ada keluhan apa-apa deh. Saya merasa baik-baik aja” karena pada saat itu memang belum paham maksudnya apa.
Waktu terus berlalu dan kejadian itu saya simpan dengan baik dalam memori di salah satu sudut otak saya. Walaupun demikian, terkadang pernah juga terlintas pertanyaan, “Kenapa ya, ko dokter itu sampe ngomong kayak begitu” akan tetapi, saya tidak menggubris pertanyaan itu.
Sampai akhirnya, saya kuliah dalam ranah kesehatan. Dan anemia menjadi salah satu topik yang dipelajari bersama di dalam kelas. Seketika kenangan akan kejadian beberapa tahun yang lalu menyeruak ke permukaan. Betapa kagetnya saya, ternyata anemia dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Lebih kaget lagi, ternyata anemia banyak diderita oleh remaja putri. “Berarti, waktu itu saya termasuk salah satu yang terdata sebagai penderita anemia” bisik saya sendiri di dalam hati. Dalam kelas tersebut juga dibahas mengenai tanda dan gejala anemia. Setelah saya ingat-ingat tanda dan gejala tersebut memang saya rasakan sewaktu saya masih sekolah dulu, yaitu sering pusing.
Jadi, apasih sesungguhnya anemia itu? Dan apa bahayanya? Baca tulisan ini sampai habis ya…! Oh iya, artikel ini masih erat kaitannya dengan artikel saya sebelumnya dengan judul “Ternyata Minum Teh Punya Dampak Buruk Untuk Kesehatan” jadi ada baiknya artikel ini juga dibaca.
Daftar Isi:

Darah
Darah merupakan cairan di dalam tubuh yang berwarna merah dan merupakan suatu media pertukaran zat antar sel. Sebagian besar darah tersusun oleh air. Selain itu, darah juga tersusun oleh: protein, zat besi, magnesium, dan unsur-unsur lainnya.
Hemoglobin (Hb) adalah salah satu bagian utama darah. Pigmen berwarna merah dalam darah dihasilkan oleh Hb. Selain itu, Hb memiliki fungsi utama sebagai alat transportasi oksigen dan karbon dioksida. Tidak hanya itu, sering kali kadar Hb dalam tubuh dijadikan tolak ukur untuk menilai status kesehatan seseorang. Adapun ambang batas normal Hb dalam tubuh seseorang adalah: Laki-laki 14 sampai 18 g/dl dan Perempuan 12 sampai 16 g/dl.
Secara umum, fungsi darah dalam tubuh manusia, antara lain:
- sebagai sarana transportasi atau pertukaran oksigen dan karbon dioksida,
- sebagai sarana transportasi nutrisi ke seluruh tubuh,
- mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan infeksi,
- untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Darah memiliki usia yang relatif pendek, yaitu sekitar 100 sampai 120 hari. Di mana setiap harinya sekitar 1% darah mengalami kehancuran. Oleh sebab itu, diperlukan mekanisme pembentukan darah yang terus-menerus sehingga jumlah darah senantiasa dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Anemia
Definisi anemia adalah jumlah sel darah merah yang memiliki jumlah di bawah nilai normal. Anemia merupakan suatu tanda adanya perubahan yang terjadi di dalam tubuh manusia. Dan hingga saat ini, anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, anemia banyak diderita oleh kamu perempuan, utamanya dengan rentang usia 15 sampai 24 tahun. Hal itu dapat disebabkan karena perempuan mengalami periode menstruasi yang terjadi secara teratur. Selain itu, pandangan bahwa perempuan dengan bentuk tubuh kurus merupakan sesuatu hal yang ideal mendorong perempuan untuk menjaga pola makan yang tidak seimbang.
Mengingat pentingnya fungsi darah dalam tubuh manusia, maka anemia dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan produktifitas, mudah sakit, dan badan terasa tidak segar. Terlebih jika anemia menimpa ibu hamil, maka memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, perdarahan, serta meningkatkan risiko kematian dan kesakitan pada bayi.
Tanda dan gejala anemia tergantung oleh beberapa faktor, seperti: kecepatan timbulnya anemia, usia individu, tingkat aktivitas, dan penyakit yang menyertai anemia. Pada kasus perdarahan (misal kecelakaan), tanda dan gejala anemia meliputi: kadar oksigen yang rendah dalam tubuh, gelisah, jantung berdetak lebih cepat, napas pendek, dan syok. Di sisi lain, kekurangan sel darah merah dalam jangka waktu yang bertahap, dapat ditandai dengan: lemah, cepat lelah, pusing, sulit untuk konsentrasi, mudah mengantuk, jantung berdebar lebih cepat, dan pucat yang dapat dilihat pada bantalan kuku, telapak tangan, dan konjungtiva. Akan tetapi, terdapat sebagian orang dengan anemia yang tidak menimbulkan gejala.
Cara Mencegah Anemia
Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
- konsumsi makanan dengan gizi seimbang, yaitu yang terdiri dari beraneka ragam makanan baik yang bersumber dari hewani maupun nabati,
- konsumsi makanan dengan kandungan vitamin c yang tinggi untuk meningkatkan penyerapan zat besi, seperti: buah jeruk dan jambu, dan
- beri jeda waktu antara makan dengan minuman yang mengandung tanin (setidaknya 1 sampai 2 jam setelah makan), seperti: teh dan kopi.
Referensi:
- Hemoglobin dan Hematoctrit (diakses pada tanggal 06/09/2024)
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
- Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Terjemahan: Brahm U. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.
- Reksodiputro, A. Harryanto dan Nugroho Prayogo. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: FKUI.