
Judul Buku: Jais Darga Namaku
Penulis: Ahda Imran
Genre: Autobiografi
Tahun Terbit: 2022
Jumlah Halaman: xiii + 527
Ukuran Buku: 14 x 21 CM
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN: 978-602-481-919-4
ISBN Digital: 978-602-481-920-0
Buku dengan Judul Jais Darga Namaku merupakan sebuah buku autobiografi tentang Jais Darga. Ia merupakan seorang perempuan yang menjadi Art Dealer Internasional pertama di Indonesia. Di mana sesungguhnya menjadi Art Dealer bukanlah perkara mudah, tetapi Jais Darga mampu menjadi seorang Art Dealer pertama dari Indonesia yang berkiprah hingga ke mancanegara.
Menjadi yang pertama dalam suatu profesi, tentunya orang tersebut memiliki keahlian khusus dan keuletan yang hebat. Hal itulah yang digambarkan di dalam buku ini. Bagaimana awal mula Jais Darga mengenal dunia seni yang secara tidak langsung mengantarkan Jais Darga menjadi seorang Art Dealer. Tidak hanya menjadi Art Dealer, Jais Darga juga mampu mengenalkan karya seni anak Bangsa Indonesia ke kancah mancanegara.
Latar belakang keluarga, lingkungan pergaulan, serta rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam hidup Jais Darga digamarkan secara urut di dalam buku ini. Dan, dengan seiring berjalannya waktu, hal tersebut membentuk kepribadian Jais Darga menjadi sosok perempuan dengan prinsip hidup yang kuat, cerdas, mandiri, ulet, dan juga penyayang.
Profil Penulis
Ahda Imran merupakan pria yang lahir pada 10 Agustus 1967 di Kanagarian, Buruhgunung, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Ia menulis cerpen, puisi, novel, drama, dan biografi. Ia juga menulis esai dan kritik seni serta bergiat di Selasar Bahasa dan Titimangsa Foundation.
Film dengan judul Before, Now, And Then (Nana) merupakan adaptasi dari salah satu cuplikan buku Jais Darga Namaku. Film tersebut disutradarai oleh Kamila Andini.
Sejumlah karya drama Ahda Imran yang telah dipentaskan, antara lain: “Inggit”, “Tan Malaka: Saya Rusa Berbulu Merah”, “Sjahrir”, “Amir Hamzah: Nyanyi Sunyi Revolusi”, “The Sin Nio, Sepinya Sepi”, “Annelis Mallemma”, dan “Kacamata Sjafruddin”.
Sinopsis Buku


Kisah Jais Darga dimulai dengan latar belakang Kota Bandung pada tahun 1970-an. Lahir sebagai Menak Sunda dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Jais merupakan nama pemberian orangtua yang didalamnya mengandung doa agar kelak Jais memperoleh segala sesuatu yang selama ini hanya diperbolehkan digapai oleh laki-laki.

Jais tumbuh sebagai anak yang supel dan ceria. Sang Bapak kerap memperlakukan Jais Darga dengan perlakuan istimewa yang tidak diberikan kepada anak-anaknya yang lain. Kondisi tersebut menyebabkan Jais Darga lebih dekat dengan Sang Bapak.
Suatu saat, terjadi perceraian antar kedua orang tua Jais. Kontan saja peristiwa tersebut membuat dunia Jais menjadi terguncang. Sejak perceraian orang tuanya, Jais memilih untuk tinggal bersama kakak tirinya. Hal tu dilakukan untuk menjaga perasaan kedua orang tuanya. Semenjak tinggal bersama kakak tirinya, Jais Darga menjadi lebih mandiri.

Tidak lama setelah perceraian kedua orang tuanya, Sang Bapak yang amat dekat dengan Jais Darga meningggal dunia. Jiwa Jais Darga semakin terguncang. Sejak kematian Sang Bapak, Jais Darga sering kali merasakan sakit di bagian belakang kepalanya. Hal itu menyebabkan ia harus berulang kali memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Butuh waktu yang lama bagi Jais untuk menerima kenyataan bahwa Sang Bapak telah meninggal dunia.
Seiring dengan berjalannya waktu, Jais Darga dengan kepribadiannya yang supel membuat lingkaran pertemannya semakin luas. Jais Darga senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya, dengan cara: berbagi keinginan, keisengan, dan cerita. Lambat laun melalui pergaulannya tersebut membawa Jais Darga mengenal dunia seni termasuk sejumlah tokoh-tokoh yang ahli dibidang seni, seperti: Popo Iskandar dan Jeihan serta banyak tokoh lainnya.

Lukisan karya Jeihan merupakan lukisan yang pertama kali berhasil dijual oleh Jais Darga. Melalui keberhasilannya itu, Jais Darga kemudian membuka “Jais Art” yaitu sebuah galeri yang menjual benda-benda seni, seperti: lukisan, patung, dan keterampilan tangan.
Jais Darga memiliki metode tersendiri agar orang tertarik kepada benda seni dan memutuskan untuk membelinya. Metode tersebut diyakini oleh Jais Darga merupakan metode yang ampuh sehingga pembeli akan datang kembali untuk membeli lukisannya.
Suatu saat, Jais Daga mendengar kabar bahwa karya seni dari pelukis Indonesia susah sekali masuk ke Negara Australia. Merasa tertantang dengan kondisi tersebut, Jais Darga memutuskan untuk membawa sejumlah lukisan ke negara tersebut dan akan menggelar sebuah pameran. Hal itu dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan bisnis, tetapi Jais Darga juga ingin agar karya pelukis Bangsa Indonesia dikenal oleh negara lain.
Jais Darga menghadapi semua kendala untuk mengadakan pameran teresebut dengan baik. Dan dengan keinginan yang kuat, Jais Darga berhasil mengadakan pameran di Negara Australia. Melalui pameran tersebut, sebagian besar lukisan ludes terjual. Meskipun demikan, Jais Darga tidak mendapat keuntungan melainkan kerugian. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk menjadi Art Dealer.
Karena keberhasilan Jais Darga mengadakan pameran di Australia membuat Jais Darga mengambil keputusan untuk lebih fokus untuk menjadi Art Dealer bahkan hingga ke mancanegara. Peristiwa yang terjadi pada pameran di Australia dijadikan pengalaman untuk lengkah yang akan diambil selanjutnya.

Selian menjadi seorang Art Dealer, Jais Darga merupakan seorang ibu dari putri semata wayangnya. Kesibukan menjadi Art Dealer membuat Jais Darga kurang memperhatikan anaknya. Itu merupakan salah satu penyeselan dalam hidupnya. Sebab, hal itu membuat hubungan keduanya menjadi renggang. Setelah berbagai upaya dilakukan oleh Jais Darga, anak yang amat dicintainya kembali ke dalam pelukannya.
Ulasan
Saya termasuk orang yang awam dalam dunia seni. Membaca buku ini setidaknya menambah pengetahuan saya tentang dunia seni. Bagaimana cara orang menikmati seni sampai mengetahui orang-orang yang ahli dalam dunia seni, khususnya di Indonesia.
Jais Darga melalui buku ini, mengajarkan kita bagaimana menjalani kehidupan dengan baik tanpa harus takut akan bagaimana hasil akhirnya. Kesalahan yang dibuat menjadi modal untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Prinsip hidup Jais Darga untuk tetap mempertahankan harga diri sebagai perempuan juga dapat dijadikan pelarajan termasuk untuk tidak mengukur segala sesuatu dengan uang.
Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa foto yang menjadi gambaran bagaimana sosok Jais Darga beserta keluarganya. Foto-foto tersebut ada yang hitam putih tetapi ada juga yang berwarna. Apapun itu, foto menjadikan buku lebih menarik untuk dibaca.